Beberapa restoran menyajikan makanan; yang lain menyajikan sejarah. Bakmi Tan melakukan keduanya. Ada kisah yang terjalin selama bertahun-tahun di setiap mangkuk.
Dibuka pada 1998 oleh Oom Tjong Tek Joeng (Ayung) dan Tante Ngo That Hoa (Wawa), kedai legendaris di Kelapa Gading ini memiliki akar yang jauh lebih dalam, berawal pada 1970-an di Mangga Besar. Lebih dari sekadar warung mi, tempat ini adalah perpaduan presisi, kecepatan, dan tradisi yang tak tergoyahkan.
Berlokasi di seberang Pasar Mandiri Kelapa Gading, suasana di sini selalu sibuk. Pesanan berdatangan, mangkuk berdenting, dan dalam hitungan menit, semangkuk mi hangat tersaji di meja. Oom Ayung, yang masih memegang kendali, memastikan semuanya berjalan secara cepat dan tertib.
Menu juaranya? Bakmi pangsit—mi kenyal dengan topping ayam lembut dan keripik ikan renyah, sentuhan khas yang membedakannya dari yang lain. Pangsitnya dibalut kulit halus dan meledak dengan rasa, sementara bakso ikan hasil racikan sendiri mengapung dalam kuah bening yang kaya umami.
Pelayanannya cepat, tapi tidak terburu-buru—setiap sajian dalam mangkuk diracik dengan ketelitian dan ketekunan yang sama seperti puluhan tahun lalu. Segelas es teh atau liang teh dingin menjadi pelengkap sempurna, menyeimbangkan gurihnya mi dengan kesegaran yang pas.
Bakmi Tan menyajikan konsistensi, warisan, dan semangkuk mi yang selalu terasa seperti pulang ke rumah, menjadikannya ikon klasik Kelapa Gading yang tak lekang oleh waktu. Tak mengherankan jika generasi demi generasi terus kembali.